Sabtu, 04 Juni 2011

KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan berasal dari akar kata ‘pemimpin’, maksudnya adalah orang yang dikenal dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir visinya (Syaiful Sagala, 2007: 114). Umumnya, kepemimpinan didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta persepsi orang lain mengenai keabsahan dan pengaruh. Sehingga terdapat perbedaan antar budaya dalam mendefinisikan konsep kepemimpinan. (Fuad Nashori, 2009: 57)

Lebih lanjut, kepemimpinan mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran, kejujuran (amanah), transparansi, dan dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan kompetensi. Selain itu, kepemimpinan tak hanya berdimensi duniawi, tetapi juga rohani. Artinya, di samping harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada yang dipimpin, ia juga harus mempertanggungjawabkannya secara moral kepada Bapa di Sorga.

Sedangkan mengenai peranannya, kepemimpinan memiliki dua peran utama, yakni pemimpin sebagai pelayan (servant leader) dan pemimpin sebagai pelindung/wali (guardian leader). Peran pemimpin yang pertama adalah sebagai pelayan masyarakat, yang memelihara kesejahteraan masyarakat dan membimbing mereka kepada kebaikan. Peran utama kedua dari seorang pemimpin adalah sebagai pelindung masyarakat yang bertugas untuk melindungi komunitas mereka dari penjajahan dan ancaman. Pemimpin sebagai pelindung juga mendorong kesadran akan Tuhan, ketakwaan serta keadilan, kepercayaan dan integritas.

Definisi kepemimpinan secara luas, adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang di luar kelompok/organisasi. (Veithzal Rivai, 2003: 2-3). Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Martin J. Canon (1982), yang mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan atasan mempengaruhi perilaku bahwan maupun perilaku kelompok dalam organisasi. Pendapat ini bertolak pada 
(1) ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin;
(2) memberi penekanan pada kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin;
(3) memberi penekanan pada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dalam situasi tertentu.
(Syaiful Sagala, 2009: 115).

Berbicara mengenai kepemimpinan tentunya tidak dapat dilepaskan dari pemimpin, interaksi pemimpin dan orang yang dipimpin, tujuan yang hendak dicapai, situasi pekerjaaan dan situasi organisasi, sekelompok orang yang ada dalam organisasi, dan lingkungan organisasi. Seperti yang disebutkan oleh Gary Yukl (1994) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memerintah secara persuasive, memberi contoh, dan bimbingan kepada orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian tersebut hal penting mengenai komponen kepemimpinan adalah
(1) proses rangkaian tindakan;
(2) mempengaruhi dan memberi teladan;
(3) memberi perintah dengan cara persuasi dan manusiawi;
(4) pengikut mematuhi perintah;
(5) menggunakan authority dan power, dan
(6) menggerakkan atau mengerahkan semua personel dalam institusi guna menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja di antara personel, membina kerja sama, menggerakkan sumberdaya organisasi dan memberi motivasi kerja.

Oleh karena itu, faktor-faktor atau elemen terjadinya proses kepemimpinan menurutnya adalah
(1) ada seseorang yang mempengaruhi aktivitas yang disebut pemimpin (leader);
(2) ada seseorang atau sekelompok orang yang dipengaruhi untuk melakukan aktivitas yaitu pengikut (follower); dan
(3) aktivitas mempengaruhi berlangsung dalam situasi tertentu.

Dalam kaitan ini, Allan Tucker (1992) mengemukakan hakikat kepemimpinan ialah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Sedangkan (Veithzal Rivai, 2003: 3-4) menambahkan bahwa hakikat kepemimpinan pada hakikatnya adalah:
a.       Proses mempengaruhi / memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b.      Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
c.       Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d.      Melibatkan tiga hal yaitu, pemimpin, pengikut dan situasi tertentu.
Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok / organisasi. Para psikolog secara umum menggunakan istilah ini untuk menjelaskan sebuah proses dimana seorang anggota kelompok (sang pemimpin) mempengaruhi anggota kelompok yang lain dalam upaya pencapaian tujuan bersama kelompok. (Fuad Nashori, 2009: 58)


Daftar Pustaka
Nashori, Fuad dkk. 2009. Psikologi Kepemimpinan. Pustaka Fahima: Yogyakarta.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. RajaGrafindo Persada: Jakarta
Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
_______. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfabeta: Bandung.

Dr. Ir. Ciputra

“Every adversity, every unpleasant circumstance, every failure, and every physical pain carries with it the seed of an equivalent benefit”. 
(Ralp Waldo Emerson)


Yakinlah, tulisan di atas tak hanya kalimat yang terucap dan dibuang dalam kertas tanpa makna. Dunia begitu seimbang untuk mencari cara agar manusia merasa berpikir, bertindak dan bahagia. Prosesnya juga tak begitu rumit untuk dijalani, dan tak terlalu mudah untuk dikhayalkan. Konflik dan kegagalan menciptakan manusia yang mau berpikir, mencari jalan keluar, kemudian bertindak dan pada akhirnya manusia akan sadar bahwa prestasi saat ini, kebahagiaan yang dirasakan adalah manfaat dari kegagalan. 
Sekali lagi manfaat dari sebuah KEGAGALAN.Jika masih meragukan kata-kata “Coretan Pena Muda”, lihatlah ke dalam diri Sang Maestro “Ciputra” dan kalian akan temukan jawabannya. Sebagai bagian dari unsur emosional manusia, motivasi dan inspirasi dirasakan sangat penting, walaupun ditemukan diluar diri kita. Itulah yang dinamakan PRIBADI KREATIF, seperti sosok yang satu ini...

Menempuh PENDIDIKAN, meninggalkan KAMPUNG HALAMAN dilatih menjadi Pribadi KREATIF 

Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang karena tuduhan palsu dianggap mata-mata Belanda.

Kepahitan masa kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan kemelaratan. Akhirnya Dr. Ir. Ciputra kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat karena negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun. Ketika usianya 16 tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Menado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Terlambat tapi bukan berarti terhambat bukan..?

Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya.

Mengalami Pengalaman KERJA selama KULIAH

Dr. Ir. Ciputra berangkat ke Bandung dari Sulawesi untuk melanjutkan kuliah di ITB sebagai seorang mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi. Bekal dan dukungan dari ibunya untuk kuliah dan hidup sehari-hari tentu tidak cukup sehingga ketika kuliah di tingkat 3 ITB Bandung, Dr. Ir. Ciputra mendirikan usaha konsultan perencanaan dengan 2 temannya yaitu Ir. Budi Brasali dan Ir. Ismail Sofyan. Ia bekerja penuh di perusahaan ini dan setahun kemudian ia juga bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Perusahaan konsultan yang itu masih ada sampai sekarang dengan nama PT. Perentjana Djaja.

Untuk menjaga biduk perusahaan berjalan lancar sekaligus tugas perkuliahan terselesaikan dengan baik maka kerja keras dan pengelolaan diri yang sangat ketat. Ternyata kebiasaan ini menjadi bekal berharga bagi masa depannya. Saat ini banyak orang mengakui Dr. Ir. Ciputra adalah seorang yang berani memberikan pengorbanan yang besar demi mencapai cita citanya, tetes keringat dan tetes air mata pernah ia kucurkan demi mencapai cita-citanya.

Melakukan sebuah pekerjaan selama kuliah adalah ajang latihan bisnis yang berharga. Apakah itu membantu perusahaan milik orang tua sendiri, bekerja kepada orang lain ataupun menjadi pekerja paruh waktu. Seorang filsuf Inggris yang terkenal bernama Charles Handy pernah berkata:”Belajarlah seperti orang yang bekerja dan bekerjalah seperti orang yang belajar”. Kedua kegiatan ini kalau dikombinasikan memang memberikan manfaat besar. Sesungguhnya bekerja dan belajar adalah 2 muka dari sebuah koin mata uang yang sama. Jangan pernah pensiun untuk ke dua kegiatan ini.

Meningkatkan diri dari bisnis bisnis konsultan dan Menjadi Seorang PENGEMBANG

Selepas dari ITB tahuin 1960 Dr. Ir. Ciputra memutuskan untuk meningkatkan diri dari seorang konsultan yang menunggu pekerjaan jadi seorang pengembang yang mampu menciptakan pekerjaan. Ia menyerahkan pengelolaan sehari-hari bisnis konsultan perencanaan kepada kedua rekannya. Keinginan Dr. Ir. Ciputra untuk menjadi pengembang sesungguhnya tanpa didukung modal atau lokasi tanah yang telah dimilki. Padahal modal dan tanah adalah unsur utama pekerjaan seorang pengembang. Bagaimana caranya Dr. Ir. Ciputra mengatasi masalah besar ini? Disinilah kita lihat betapa pentingnya pentingnya inisiatif dan kreativitas bagi seorang entrepreneur.

Bayangkanlah Dr. Ir. Ciputra muda, baru saja lulus ITB, tidak punya modal dan belum dikenal ingin bertemu Gubernur. Pasti tidak mudah bukan..? Melalui berbagai kesulitan Dr. Ir. Ciputra akhirnya berhasil menemui dan meyakinkan Gubernur Soemarno untuk mendirikan perusahaan patungan dengan dirinya untuk membangun Proyek Pasar Senen. Gubernur Soemarno kemudian mengajak juga pengusaha Bpk. Hasyim Ning (Dasaat), Yayasan Medi dan Yayasan Bumi Putera untuk mendirikan PT.Pembangunan Jaya yang saat ini lebih dikenal sebagai Grup Jaya.

Setelah Proyek Senen, di masa Gubernur Ali Sadikin Dr. Ir. Ciputra kembali menggagas ide inovatif yaitu mengusulkan agar projek Ancol yang waktu itu terbengkalai agar dikelola oleh PT.Pembangunan Jaya. Inilah kisah lahirnya perusahaan patungan yang ke 2 yaitu PT.Pembanguan Jaya Ancol yang saat ini kita kenal sebagai Taman Impian Jaya Ancol.

Meningkatkan skala BISNIS dengan Bekerja Sama (Partnership) yang lebih luas dan strategis.

Rupanya Dr. Ir. Ciputra tidak pernah berhenti untuk terus mengembangkan diri. Ketika Dr. Ir. Ciputra berusia hampir 40 tahun (1971) kembali Dr. Ir. Ciputra membuat keputusan historis. ia mengajak 2 temannya yaitu Bpk Ismail Sofyan dan Bpk Budi Brasali kemudia mereka juga mengajak beberapa rekan lain untuk mendirikan PT Metropolitan Development setelah sebelumnya ia mendapatkan ijin dari komisaris PT Pembangunan Jaya.

Perusahaan ini telah berkembang pesat di bidang properti, konstruksi, konsultansi, perdagangan dan juga manufaktur. Proyek-proyek Grup Metropolitan Development antara lain Wisma Metropolitan dan Wisma WTC, Mal Metropolitan, perumahan Pondok Indah, Hotel Horison dll. Ada kisah yang menarik tentang kiprah Dr. Ir. Ciputra di grup bisnis ini yaitu bagaimana dengan "modal dengkul otak kreatif" ia berhasil meyakinkan pemodal besar untuk berpatungan dengan PT Metropolitan Development.

Membangun Grup CIPUTRA bersama KELUARGA

10 tahun kemudian, tepatnya tahun 1981 di usianya yang 50 tahun Dr. Ir. Ciputra kembali membuat keputusan historis yaitu mendirikan kelompok bisnis Grup Ciputra bersama istri dan 4 anaknya beserta suami mereka yang baru tamat dari luar negeri. Kenapa Dr. Ir. Ciputra setelah berhasil melakukan kerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta lalu dengan teman-temannya juga dengan Salim Group dan pemodal luar negeri kini ingin melakukan "kerja sama" dengan anak-anaknya?

Setidaknya terdapat 3 alasan. Pertama Dr. Ir. Ciputra melihat pada tahun-tahun itu anak-anaknya sudah menyelesaikan studinya di luar negeri memiliki ijazah S1 atau S2 dan juga sudah memiliki pengalaman kerja. Ia ingin anak-anak dan menantunya dapat memiliki perusahaan sendiri. Kedua, tampaknya Dr. Ir. Ciputra sudah berpikir bahwa tidak selamanya ia akan menjadi CEO dari PT Pembangunan Jaya. Ia memerlukan sebuah "perahu" lain untuk menjadi ajang baru untuk menumpahkan kreatifitas dan semangatnya yang masih berkobar-kobar. Yang ketiga, Dr. Ir. Ciputra memang senang berada bersama-sama dengan keluarganya untuk berdiskusi tentang bisnis dan juga mengembangkan bisnis. Ia mengatakan:" Di perusahaan keluarga dan bersama keluarga saya bisa rapat kapan saja dan dimana saja. Bisa di meja rapat, di meja makan, di dapur dan juga di kamar tidur.."

Saat ini di Ciputra Group ia sudah membagi bisnis menjadi 3 kelompok besar. Kelompok pertama yang biasa ia panggil sebagai sub holding 1 dipimpin oleh pasangan Bpk Budiarsa Sastrawinata BSc, MBA dan putri pertama Dr. Ir. Ciputra yaitu Rina Ciputra MBA. Sub holding ini menangani proyek real estat di Jakarta, bisnis media/tabloid, broker properti dan proyek-proyek perumahan properti di Hanoi/Vietnam, Kamboja dan India.

Subholding 2 dipimpin oleh pasangan bpk Harun Hajadi MBA dan Junita Ciputra MBA putri kedua Dr. Ir. Ciputra. Saat ini sub holding 2 mengelola sebuah proyek perumahan skala kota di Surabaya yang sangat terkenal yaitu CitraRaya the Singapore of Surabaya. Selain itu proyek-proyek sub holding 2 ini tersebar di berbagai kota Indonesia. Mulai dari Jakarta, Semarang, Sidoarjo, Pandaan, Bali, Lampung, Pakanbaru, Medan dan Manado. Mereka terus giat mencari proyek-proyek baru.

Sub holding 3 dipimpin oleh putra kembar Dr. Ir. Ciputra yaitu Candra Ciputra MBA bersama Cakra Ciputra BSc. Saat ini sub holding 3 sedang mempersiapkan sebuah proyek properti di Jawa Tengah dan di Pulau Kalimantan. Tim sub holding 3 ini rajin berkeliling ke berbagai negara Asia untuk mencari peluang membangun proyek-proyek baru. Adalah cita-cita Dr. Ir. Ciputra untuk membangun Ciputra Group jadi perusahaan multi nasional.

Inilah dinamika sebuah perusahaan keluarga yang terus bertumbuh. Ayah, anak dan menantu dibantu oleh para profesional ternyata dapat bekerja sama, saling bahu membahu membangun sebuah usaha bisnis yang sukses.

Bagaimana dengan Anda, masih takutkah dengan kegagalan???
Gedung Ciputra

Kekuatan Tanpa Kekerasan:Dr. Arun Gandhi

Waktu itu   Dr. Arun Gandhi masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga.

Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.

Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, "Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.". Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.

Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.

Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun "Kenapa kau terlambat?".
Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab "Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu". Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong.

Lalu Ayahnya berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.".

Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan dibelakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.

Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.

Pernyataan Arun:
"Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan."

Ray Kroc: berawal dari VISI

Ray Kroc hanya sekolah sampai usia 14 tahun, meski adiknya justru jadi dokter spesialis. Setelah lima kali ganti pekerjaan, Kroc akhirnya menjadi salesman gelas kertas yang dijalani dari pukul 07.00 pagi hingga 15.00 sore.

Dari 15.00 hingga 02.00 subuh Kroc menjadi pemain piano di sebuah orkestra. “Aku memang menginginkan kehidupan yang berkecukupan dan mapan,” katanya. “Karena itu, aku harus bekerja keras. Sangat keras!”

Dari 07.00 s/d 15.00 ada 8 jam. Dari 15.00 s/d 02.00 ada 11 jam. Jadi, Kroc harus bekerja 8+11 jam=19 jam. Berarti pula Kroc hanya tidur 4-5 jam setiap hari!

Wajar kalau Kroc akhirnya menderita banyak penyakit: gula, rematik, kehilangan sebagian kantung empedu, kelenjar gondok dan lainnya. Tapi demi ambisi besar, semua penyakit itu tidak dia hiraukan!

*******

Ray Kroc lantas tertarik mencari kekayaan di El Dorado, Miami. Dia pun pergi kesana, lalu jadi salesman real estate untuk WP Morgan & Son.

Kembali Kroc sukses. Tapi bisnis real estate itu segera pudar, bahkan tidak menguntungkan. Kroc kembali ke Chicago lagi, dan kembali menjadi salesman kertas. Dari usia 25 hingga 35 tahun, Kroc menjadi salesman gelas kertas yang paling jago, sehingga dapat bonus mobil. Tapi perusahaan guncang, sehingga semua pegawai harus dipotong gajinya, atau diturunkan. Kroc protes keras, karena dia merasa menjadi penghasil keuntungan besar bagi perusahaan, tapi kenapa harus diturunkan gajinya.

Tak ada kompromi, Kroc pun keluar. Bos nya berpikir sepuluh kali, dan akhirnya membenarkan Kroc, dia penghasil keuntungan terbesar. Kalau dia pergi, perusahaan justru yang akan rugi. Kroc diterima lagi dengan gaji utuh, tidak termasuk yang dipotong!

*******

Sampai akhirnya Kroc bertemu Earl Prince yang menghasilkan alat Multi Mixer yang sangat bermanfaat, khususnya untuk penjual es krim. Kroc menjadi agen tunggalnya, dengan pembagian keuntungan 50:50. Kembali Kroc menunjukkan diri sebagai salesman ampuh. Dia mampu menjual 8.000 unit Multi Mixer!

Salah satu langganan Kroc adalah McDonald bersaudara, Maurice dan Richard, yang menjual hamburger. Ketika Kroc berkesempatan bertemu langsung dan melihat restoran McDonalad, dia kaget: restoran itu tidak memadai. Luasnya hanya 20 meter persegi. Keadaannya tidak begitu mengesankan, meski pembelinya banyak. “Kenapa tidak membuka restoran semacam ini di tempat lian?” tanya Kroc. Tujuannya hanya agar Multi Mixer nya makin laku. “Mengurus sebuah restoran saja sudah repot. Menambah tempat berjualan berarti menambah kerepotan. Dan lagi siapa yang akan membuat tempat baru itu bagi kami?” tanya McDonald. “Bagaimana kalau saya saja?” tantang Kroc. “Setuju.” Mereka pun kemudian membuat kontrak.

*******

Kontrak itu menyebutkan: Kroc akan menerima 1,9 persen dari penjualan kotor setiap toko (franchise). Kroc juga akan menerima 950 dolar dari setiap franchise yang dibangun. Kontrak itu berlaku selama 10 tahun. Tapi karena perkembangannya bagus kontrak itu diubah menjadi: berlaku selama 99 tahun!

Mulailah `kisah ajaib` McDonald. Satu demi satu restoran McDonald dibangun. Ray Kroc menetapkan persyaratan: setiap toko menjual hamburger sama besarnya, sama rasanya, sama bersih tempatnya, juga sama bagus pelayanannya. Toko kedua dibangun, dan sukses. Ditambah 8 toko baru. Eh, sukses juga.

Ray Kroc mulai berpikir: toko-tokonya itu sukses, tapi bukan dia pemiliknya. Karena itu Kroc mengontak McDonald bersaudara, untuk `membeli` kontraknya. McDonald menyebut angka 2.700.000 dolar. Kroc hampir pingsan. Dia tak mungkin bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Tapi melihat prospeknya, Kroc merasa `harus berani membayar seperti yang diminta McDonald bersaudara.` Caranya: utang!

Kroc memperkirakan, utangnya baru akan lunas pada 1991. Eh, ternyata pada 1972 semuanya sudah beres! Lunas. Berarti McDonald kini milik Kroc seorang. Kroc makin menggila dalam menjual `McDonald` nya. Dan benar, pada 1977 saja, sudah tergelar 4.177 restoran McDonald di seluruh AS dan 21 di luar negeri. Saat itu total penjualan mencapai 3 miliar dolar! Ray Kroc, yang hanya sekolah sampai usia 14 tahun, akhirnya mencapai cita-citanya menjadi orang kaya. Jadi jutawan dolar atau miliarder dalam rupiah. Dan siapa sangka sekarang setiap 4 menit sekali ada satu gerai McDonald dibuka di dunia!!!

***Bagaimanapun keadaan anda hari ini, jika anda mempunyai VISI yang besar dan jelas, dan anda benar2 berkomitmen untuk mewujudkannya, maka apapun bisa terjadi
Ray Kroc

Kamis, 02 Juni 2011

Sikapi keGAGALan dengan .....

Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan,yaitu di saat apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Kita perlu belajar bagaimana menyiasati kegagalan tersebut,karena semua guru sukses mengatakan bahwa gagal dan berhasil itu sudah dikemas dalam satu paket. Hanya sering kita tidak sabar dalam proses untuk mendapatkan keberhasilan, dan cepat mengeluh, menyalahkan orang lain dan mencari-cari alasan untuk berhenti bertindak apabila menemukan kegagalan.
<div class="fullpost">

Ada beberapa type orang dalam merespon kegagalan :

1. Mencari kambing hitam, menyangkal dan mencari pembenaran. Kebanyakan orang akan melakukan hal ini, ketika menemui kegagalan. Merasa frustasi dan akhirnya berhenti bertindak dan menyerah. Mereka akan berkata kepada orang lain :
“wah, saya nggak berbakat”,
“pemerintah itu tidak adil “,
“karyawan saya kurang ajar”
“benar kan kata saya, bisnis itu susah “
2. Mengulang tindakan yang sama tanpa merubah strategi.
Orang type seperti ini, masih lebih bagus, karena mereka yakin dan masih mencoba tetap bertindak untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi mereka lupa bahwa tindakan yang mereka ambil masih sama dengan yang pernah mereka lakukan. Jadi mereka menggunakan pendekatan, cara-cara yang sama dan terus mengulang-ulang tanpa pernah merubah strategi yang di gunakan.
3. Belajar dari kesalahan, merubah strategi dan terus bertindak.
 Pola seperti ini yang orang-orang sukses gunakan, mereka tidak pernah merasa gagal, mengeluh, menyalahkan orang lain. Mereka terus belajar , merubah strategi dan melakukan apapun yang di perlukan sampai mendapatkan tujuan. Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, tindakan anda juga harus berbeda. Hidup adalah pilihan, dan kita bertanggung jawab penuh atas kehidupan kita sendiri, bukan orang lain, bukan atasan kita dan juga bukan pula pemerintah.    

Kisah Burung Rajawali

Add caption
Add caption
Tahukah Anda bahwa burung rajawali adalah burung yang paling panjang usianya?
Seekor burung rajawali bisa mencapai umur hingga 70 tahun. Tapi untuk mencapai umur tersebut adalah sebuah pilihan bagi seekor rajawali, apakah dia ingin hidup sampai 70 tahun atau hanya sampai 40 tahun.

Ketika burung rajawali mencapai umur 40 tahun, maka untuk dapat hidup lebih panjang 30 tahun lagi, dia harus melewati transformasi tubuh yang sangat menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan pilihan untuk melewati transformasi yang menyakitkan itu atau melewati sisa hidup yang tidak menyakitkan namun singkat menuju kematian.

Pada umur 40 tahun paruh rajawali sudah sangat bengkok dan panjang hingga mencapai lehernya sehingga ia akan kesulitan memakan. Dan cakar-cakarnya juga sudah tidak tajam. Selain itu bulu pada sayapnya sudah sangat tebal sehingga ia sulit untuk dapat terbang tinggi.

Bila seekor rajawali memutuskan untuk melewati transformasi tubuh yang menyakitkan tersebut, maka ia harus terbang mencari pegunungan yang tinggi kemudian membangun sarang di puncak gunung tersebut. Kemudian dia akan mematuk-matuk paruhnya pada bebatuan di gunung sehingga paruhnya lepas. Setelah beberapa lama paruh baru nya akan muncul, dan dengan menggunakan paruhnya yang baru itu ia akan mencabut kukunya satu persatu-satu dan menunggu hingga tumbuh kuku baru yang lebih tajam. Dan ketika kuku-kuku itu telah tumbuh ia akan mencabut bulu sayap nya hingga rontok semua dan menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Dan ketika semua itu sudah dilewati rajawali itu dapat terbang kembali dan menjalani kehidupan normalnya. Begitulah transformasi menyakitkan yang harus dilewati oleh seekor rajawali selama kurang lebih setengah tahun.

Burung rajawali ini ibarat kita sebagai manusia. Ketika sebuah masalah datang dalam kehidupan kita dan kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus diambil, dan sering dari pilihan yang kita ambil tersebut kita harus melewati suatu transformasi kehidupan yang menyakitkan bagi jiwa dan tubuh kita. Namun ditengah kesulitan tersebut kita harus ingat ada Tuhan yang menyertai kita, ada masa depan yang Tuhan sediakan untuk kita diakhir perjuangan kita, suatu kehidupan 30 tahun lebih panjang, suatu kehidupan yang lebih baik, suatu pemulihan hubungan, suatu kesembuhan, suatu sukacita ....., suatu yang saudara impikan selama ini.

KUASA DIBALIK KENAIKAN YESUS

MAKNA KENAIKAN YESUS KE SORGA
Tanpa salib tidak ada penebusan. Tanpa kebangkitan tidak ada Kenaikan. Jikalau tidak ada Kenaikan, tidak akan ada kemuliaan Kristus. Kita gagal memperoleh janji kemuliaan dari Allah. Tanpa Kenaikan, tidak ada Pentakosta dan tidak ada Kedatangan Kristus kedua kali. Sebab Yesus sendiri mengajarkan murid-muridNya bahwa Kenaikan merupakan syarat penting terjadinya Pentakosta Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yoh. 16:7)

Jikalau kita percaya akan apa yang Yesus katakan pada para murid-Nya, kita harus menyimpulkan bahwa kita hidup dalam masa yang jauh lebih menguntungkan daripada masa selama pelayanan Yesus di bumi. Kita hidup dalam masa setelah Kenaikan dan setelah Pentakosta. Para murid hidup pada masa ketika Yesus merendahkan diri-Nya; kita hidup pada masa pemuliaan-Nya. Ini merupakan keuntungan yang sangat besar.

CATATAN MENGENAI KENAIKAN-NYA

Catatan mengenai Kenaikan Yesus sangat jelas dalam Mrk. 16:19; Luk 24:50-51 dan Kis 1:4-12. Pada saat Kenaikan-Nya, Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk tetap tinggal di Yerusalem, menunggu kedatangan Roh Kudus. Ia katakan pada mereka bahwa mereka akan memperoleh kuasa untuk melakukan tugas pemuridan selama Yesus tidak bersama dengan mereka. Tugas mereka, dan juga tugas gereja Kristen, adalah menyaksikan tentang DIA.

Kita melihat bahwa tujuan Kenaikan Kristus adalah untuk berkuasa di sorga. Melalui Kenaikan-Nya, Ia mengambil peran Raja dari alam semesta. Kekuasaan-Nya pada masa ini tidak terlihat oleh penduduk dunia. Ini merupakan tugas para murid, dan sekarang kita, untuk menyaksikan kekuasaan yang tidak terlihat tersebut. Yohanes Calvin menegaskan bahwa ini merupakan tugas dari gereja yang kelihatan untuk memperlihatkan pada dunia akan pemerintahan Kristus yang tidak kelihatan. Ini merupakan tujuan dari pemberian Roh Kudus yang Yesus janjikan pada murid-murid-Nya.

"Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga. Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (Luk. 24:51-52)

Pada ayat-ayat ini, Lukas menunjukkan bahwa para murid penuh dengan sukacita ketika mereka kembali ke Yerusalem. Perubahan perasaan ini tercatat dengan jelas. Sukacita para murid menjadi sangat jelas setelah pada akhirnya mereka percaya akan pengajaran Yesus mengenai kepergian-Nya.

WARISAN DARI YESUS

Ada satu hal yang perlu ditambahkan di dalam sukacita para murid. Setelah Yesus meninggalkan mereka, mereka menerima warisan yang dijanjikan kepada mereka. Yesus tidak meninggalkan harta duniawi. Warisan-Nya berbeda jenisnya. Ia memberikan kepada para murid-Nya Damai yang dimilikiNya, suatu hal yang tidak dapat diukur nilainya:

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. " (Yoh. 14:27)

Damai yang ditinggalkan Yesus kepada para murid-Nya bukanlah damai yang biasa. Ini merupakan damai yang transenden, suatu damai yang melampaui pemahaman manusia. Ini merupakan damai yang mampu mengatasi kekecewaan manusia. Ini merupakan damai yang setiap orang Yahudi impikan. Ini merupakan berkat tertinggi dari shalom.
"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus" (Rom. 5:1). Pada tempat yang lain Paulus menyatakan: "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan" (Ef. 2:14). Dalam meninggalkan warisan bagi gereja-Nya, Yesus memberikan diri-Nya sendiri didalam kehadiran-Nya melalui ikatan spiritual.

KEKUASAAN YESUS

Kenaikan-Nya bukan sekedar pergi 'ke surga.' Yesus naik dengan Cara yang berbeda dengan Henokh dan Elia. "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia." (Yoh. 3:13). 'naik ke atas.' memiliki naik ke tempat yang khusus untuk menyiapkan tugas yang khusus. Yesus naik ke tempat di mana Ia akan memerintah sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Ia duduk di sebelah kanan Bapa di dalam tempat beradanya otoritas alam semesta. Kenaikan merupakan pusat daripada kerygma, pusat dari proklamasi kotbah para rasul.

Pada saat Kenaikan, Yesus bukan saja menerima jabatan Raja tetapi juga Imam Besar kekal menurut peraturan Melkisedek. Kita telah melihat catatan mengenai doa syafaat Kristus selama ada di ruang atas. Hal ini penting untuk menyadari bahwa pekerjaan syafaat harus terus dilanjutkan hingga hari ini (Ibr. 4:14-16).

YESUS SEBAGAI PEMBELA

Di dalam jabatan sorgawi sebagai Raja - Imam, Yesus melayani sebagai pembela kita. Meskipun ketika Alkitab bicara mengenai Yesus di dalam kemuliaan kenaikan-Nya sebagai duduk di sebelah kanan Allah, namun ada saatnya ketika Ia bangkit berdiri dan berbicara dalam membela orang- orang kudusNya. Hal ini teriihat pada saat akhir kehidupan Stefanus (Kis 7:55-56).

Stefanus melihat Yesus 'berdiri' di sebelah kanan Allah. Di dalam ruang persidangan hanya dua orang yang berdiri, penuntut umum dan pembela. Hakim tetap duduk di tempatnya. Dalam peran-Nya sebagai Anak Manusia dan Tuhan yang naik ke sorga, Yesus duduk di tempat untuk memerintah dan menghakimi. Namun pada peristiwa ini, hakim illahi bangkit dari tempat duduknya dan mengambil peran pembela. Peran yang Yesus pergunakan ini bukan saja ditujukan bagi Stefanus, tapi semua umatNya. Pada saat penghakiman terakhir, kita dapat yakin bahwa hakim kita juga akan melayani sebagai pembela kita. Ia adalah Pembela kita, bersama-sama dengan Bapa.

KENAIKAN DAN PENTAKOSTA

Yesus menggambarkan pentingnya hubungan antara Kenaikan-Nya dan pengutusan Roh Kudus kepada gereja. Penyataan kemuliaan Allah pada saat Pentakosta sangat jelas terlihat. Manifestasi pertama yang muncul adalah dalam bentuk suara tiupan angin. Angin ini tidak seperti angin yang biasanya nampak pada mereka yang mendengarnya. Yesus bicara mengenai kebebasan bertiupnya angin. Roh tidak dikontrol oleh manusia maupun kuasa alam lainnya. Roh Kudus bekerja sesuai dengan kebebasan kedaulatan Allah. Kita dapat mendengar angin bertiup, tetapi kita tidak dapat mengontrol sumbernya ataupun tujuannya. Dengan demikian angin yang bertiup dengan cara yang luar biasa pada saat Pentakosta memanifestasikan kuasa dan kemuliaan dari kehadiran Roh Kudus.

Manifestasi kedua dari kedatangan Roh Kudus adalah suatu fenomena lidah api yg hinggap pada setiap kepala para murid. Lidah api melambangkan berdiamnya kemuliaan Allah pada tempat tersebut. Sama seperti burung merpati yang turun dari sorga dan hinggap pada Yesus di saat pembaptisan

Manifestasi ketiga turunnya Roh Kudus adalah bahasa lidah. Pertanyaannya adalah: Apakah para murid diberikan kemampuan untuk berbicara dalam bahasa asing atau ada kuasa supranatural yang menerjemahkan saat itu? "Apakah artinya ini" (Kis 2:5-12). Petrus kemudian berdiri dan mengkotbahkan sebuah kotbah yang memberikan suatu intepretasi historis terhadap peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa fenomena Pentakosta merupakan akibat dari kemuliaan Kristus dalam Kenaikan-Nya (Kis 2:32-33)Bunyi dan penglihatan yang terjadi pada saat Pentakosta merupakan manifestasi yang nampak oleh mata dan merupakan kemuliaan yang dilimpahkan oleh Roh Kudus seperti yang telah dijanjikan kepada gereja-Nya.(GK)

Rabu, 01 Juni 2011

LAHIRNYA PANCASILA

Isi pidato Presiden Soekarno berikut, telah mengingatkan kita kembali betapa kokohnya Dasar Negara Kebangsaan Indonesia menuju Negara Indonesia Merdeka. Semoga mampu memberikan dan membangun semagat juang baru untuk mempertahatankan filosofi dasar negara kita, NEGARA KESATUA REPUBLIK INDONESIA (NKRI). berikut terjemahan sederhananya sehingga lebih mudah dipahami...




 Pidato Bung Karno Tanggal 1 Juni 1945 di Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai  (BPUPKI) di Jakarta
 ***

 Paduka Tuan Ketua Yang Mulia!

Sudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka Tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pendapat saya. Saya akan memenuhi permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia. untuk mengemukakakn dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakakn di dalam pidato saya ini.

Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato namun mereka itu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah-dalam “Philosofische grondslag” dari Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.  Tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberitahukan kepada Tuan-tuan sekalian, apakah yang akan saya artikan dengan perkataan “merdeka”.

 “Merdeka” buat saya ialah political independence, politieke onafhankelijkhid.

Tuan-tuan sekalian! Dengan terus terang saja saya berkata: Tatkala akan bersidang, maka di dalam hati saya  khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang memperkaran hal yang kecill-kecil menjadi jelimet. Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.

Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu. Banyak sekali Negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan Negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya! Alangkah berbedanya isi itu!

Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai sampai jelimet!, maka saya bertanya kepada Tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri dari kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti akan hal ini atau itu?

Bacalah buku Armstrong yang menceriterakan tentang Ibn Saud! Di situ ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu! Toh Saudi Arabia merdeka!

Lihatlah pula Sovyet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Sovyet, adakah Sovyet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia adalah rakyat Musyik (paham yang percaya adanya Tuhan tapi tak beragama) yang lebih dari 80% tidak dapat membaca dan menulis.  Dan kita sekarang di sini mau mendirikan Negara Indonesia Merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan!

 Maaf, Paduka Tuan Zimukyokutyoo! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai jelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, Tuan tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, - sampai di lubang kubur!

(Tepuk tangan riuh)

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun 1933 saya telah menulis satu risalah  bernama Mencapai Indonesia Merdeka. Dalam risalah tahun 1933 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakana di dalam kitab itu, bahwa di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibnu Saud mengadakan satu Negara di dalam satu malam – In one night only! – kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia Merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah ‘jembatan’ itu diletakkan oleh Ibnu Saud, maka di seberang jembatan itu barulah Ibnu Saud memperbaiki masyarakat Saudi Arabia. Orang yang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang  orang Baduik  yang tadinya bergelandangan diberi pelajaran oleh Ibn Saud, dikasih tempat kaum tani, - semuanya dilakukan di seberang jembatan.

 Lenin, ketika dia mendirikan Negara Sovyet-Rusia Merdeka, apakah dia telah mempunyai  Dneprprostoff, di sungai Dnepr? Apa ia telah mempunyai radio-station, yang menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api untuk meliputi seluruh Negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia telah dapat membaca dan menulis? TIDAK, Tuan-tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio-station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan Dneprprostoff! Maka oleh karena itu saya minta kepada Tuan-tuan sekalian, janganlah Tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan jelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda ini semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!

(Tepuk tangan riuh)

Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat yang mengetahui sejarah, menjadi  menjadi gentar, padahal semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang, sekarang!

(Tepuk tangan riuh)

Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia Merdeka, - kok lantas kita seolah-olah amat berat dan gentar hati! Saudara-saudara, saya peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan gentar!

Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon[10] untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan ( Kepala Pemerintahan Militer Tentara Pendudukan Jepang ) diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo ( Kepala Departemen Urusan Umum ) diganti dengan orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo-Butyoo (Kepala Departemen ) diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid – in one night, di dalam satu malam!

Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya bersemboyan Indonesia Merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya Balatentara Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan Negara kepada Saudara-saudara, apakah Saudara-saudara akan menolak, serta berkata: “mangke rumiyin” – tunggu dulu – minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan Negara Indonesia Merdeka?

(Seruan: Tidak....! Tidak....!)

Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini Balatentara Dai Nippon menyerahkan urusan Negara kepada kita, maka satu menit pun kita tidak akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita mulai dengan Negara Indonesia yang Merdeka!

(Tepuk tangan menggemparkan)

Saudara-saudara, kalau ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah mantap untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambo runcing, Saudara-saudara, semua siap sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia telah siap-sedia, mantap untuk Merdeka.

(Tepuk tangan riuh)

Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan.Ada yang berani lekas kawin, ada pula yang takut kawin. 
yang takut kawin berkata: "Ah, saya belum berani kawin, tunggu dulu gajih 500 gulden. Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai meja-kursi yang selengkap-lengkapnya, sudah mempunyai sendok garpu persak satu set, sudah mempunyai ini dan itu, barulah saya berani kawin.

 Ada orang lain yang berkata: Saya sudah berani kawin kalau saya sudah mempunyai meja satu, kursi empat , lantas satu tempat tidur, baru berani kawin. Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu Saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Sang Ndoro yang mempunyai rumah gedung,tempat tidur, uang bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu  lebih bahagia dibandingkan dengan Sarinem dan Samiun yang hanya mempunya satu tikar dan satu periuk, Saudara-saudara!  Tekad hatinya yang perlu, tekad hatinya Samiun kawin dengan satu tikar dan satu periuk, 

(Tepuk tangan, dan tertawa)

Saudara-saudara, persoalannya sekarang adalah: "Apakah kita ini berani merdeka atau tidak?" – Inilah ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal yang mengenai dasarnya satu Negara yang merdeka. Saya mendengar uraian Paduka Tuan Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan merdeka, beliau mengatakan: Kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekaan". Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence – sampai kiamat pun kita belum dapatkan Indonesia Merdeka!

(Tepuk tangan riuh)

Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hati-nya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di dalam Sovyet-Rusia Merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Sovyet-Rusia satu per satu.

Saudara-saudara! Seorang pembicara berkata, kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak disentri, banyak ini banyak itu. “Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka”. Saya berkata, kalau ini pun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita. Kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan “jembatan”. Di seberang jembatan emas inilah baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.

Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang mahapenting. Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya hukum internasional menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu Negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang men-jelimet. Tidak! Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk. Cukup, Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian diakui oleh salah satu Negara lain yang merdeka, inilah yang sudah bernama: merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak perduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak perduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu Negara merdeka, yaitu ada rakyatnya; ada buminya dan ada pemerintahannya – sudahlah ia merdeka.

Janganlah kita gentar, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa tidak? Mau merdeka apa tidak?

(Jawab hadirin: Mau!)

 Saudara-saudara! Sesudah saya bicarakan tentang hal “merdeka”, maka sekarang saya bicarakan tentang hal dasar-philosofische grondslag atau Weltanschauung”, di atas mana kita mendirikan Negara Indonesia itu.

Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka di atas suatu Weltanschauung. Hitler mendirikan Jermania di atas national-sozialistische (filsafat nasional sosialisme). Lenin mendirikan Negara Sovyet di atas satu Historisch-Materialistische Weltanschauung. Nippon mendirikan Negara Dai Nippon di atas Tennoo Koodoo Seishin. Ibn Saud mendirikan Negara Arabia di atas satu Weltanschauung – yaitu Islam. Demikian itulah yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia: Apakah Weltanschauung kita, jikalau kita hendak mendirikan Indonesia yang merdeka?

Tuan-tuan sekalian, Weltanschauung ini sudah lama telah kita bulatkan di dalam hati kita dan di dalam pikiran kita sebelum Indonesia Merdeka datang. Maka sebenarnya tidak benar perkataan anggota yang terhormat Abikoesno bahwa banyak sekali Negara-negara merdeka didirikan dengan isi seadanya saja, menurut keadaan. Tidak! Sebab misalnya, walaupun menurut perkataan John Reed, “Sovyet-Rusia didirikan di dalam 10 hari oleh Lenin c.s.” di dalam kitabnya Ten days that shook the world (Sepuluh hari yang menggoncangkan dunia) tetapi Weltanschauung-nya telah tersedia berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Dari 1895 Weltanschauung itu telah disusun. Bahkan dalam revolusi 1905, Weltanscahuung itu “dicobakan”, di-generale-repetitie-kan. Kemudian – hanya dalam 10 hari, itulah didirikan Negara baru, direbut kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di atas Weltanschauung yang telah berpuluh-puluh tahun umurnya itu. 

Tidakkah pula Hitler demikian? Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki singgasana kekuasaan, mendirikan Negara Jermania di atas National-sozialistische Weltanschauung. Tetapi kapankah Hitler mulai menyediakan Weltanschauung itu? Bukan di dalam tahun 1933, tetapi di dalam tahun 1921 dan 1922 beliau telah bekerja, kemudian mengikhtiarkan pula, agar supaya Naziisme ini dapat menjelma dengan Munchener Putsch, tetapi gagal. Di dalam 1933 barulah datang saatnya beliau dapat merebut kekuasaan dan Negara diletakkan oleh beliau di atas dasar Weltanschauung yang telah dipropagandakan berpuluh-puluh tahun itu.

 Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan Negara Tiongkok merdeka, tetapi Weltanschauung-nya telah dalam tahun 1885 – kalau saya tidak salah – dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku The three people’s principles, San Min Chu I – Mintsu, Minchuan, Min Sheng: nasionalisme, demokrasi, sosialisme – telah digambarkan oleh Dr. Sun Yat Sen Weltanschauung itu, tetapi baru dalam tahun 1912 beliau mendirikan Negara baru di atas Weltanschauung San Min Chu I itu, yang telah disediakan terdahulu berpuluh-puluh tahun.

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan – macam-macam – tetapi alangkah benarnya perkataan dr. Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadi-koesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan. Kita bersama-sama mencari persatuan philosofische grondslag, mencari satu Weltanscahuung yang kita semua setuju. Yang Saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang Sdr. Sanoesi setujui, yang Sdr. Abikoesno setujui, yang Sdr. Liem Koen Hian setujui, pendeknya kita semua mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan kompromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal yang kita bersama-sama setujui. Apakah itu? Pertama-tama, Saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan?   Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! 

Baik Saudara-saudara yang bernama kaum Kebangsaan yang di sini, maupun Saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan Negara yang demikian itulah tujuan kita. Kita hendak mendirikan suatu Negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, – tetapi “semua buat semua”. Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918 – 25 tahun lebih – ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan.

Kita mendrikan satu Negara Kebangsaan Indonesia.

Sebagaimana yang dikatakan Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo kemarin, maka Tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak Tuan pun adalah orang Indonesia, nenek Tuan pun bangsa Indonesia, datuk-datuk Tuan, nenek moyang Tuan pun bangsa Indonesia. Di atas satu kebangsaan Indonesia. Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu. Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempo sedikit: Apakah yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?

 Menurut Ernest Renan, syarat bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Perlu orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu atau “le desir d’etre ensemble”, yaitu kehendak akan bersatu. Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu. Kalau kita lihat definisi orang lain – yaitu definisi Otto Bauer[29] – Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib.

Tetapi kemarin pun, Prof. Soepomo mensitir Ernest Renan, dan berkata: “Verouderd!” – “sudah tua”. Memang definisi Ernest Renan sudah sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua. Sebab satu ilmu baru dari itu semua adalah dinamakan Geopolitik.

 Kemarin Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau Tuan Moenandar, mengatakan tentang “Persatuan antara orang dan tempat”. Persatuan antara orang dan tempat, Tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan tempatnya!

Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Apakah tempat itu? Tempat itu adalah tanah air. Tahan air itu adalah satu kesatuan. Allah s.w.t. membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Jikalau ia melihat peta dunia – ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau-pulau di antara 2 lautan yang besar, Lautan Pacific dan Lautan Hindia, dan di antara 2 benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil di antaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir timur Benua Asia sebagai golfbreker atau penghadang gelombang Laut Pasific, adalah satu kesatuan. Anak kecil pun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yang luas dan Gunung Himalaya. Seorang anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan. Yunani dapat ditunjukkan sebagai satu kesatuan pula. Itu ditaruhkan oleh Allah s.w.t. demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athena saja, bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athena plus Macedonia plus daerah Yunani yang lain-lain – segenap kepulauan Yunani – adalah satu kesatuan.

 Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesia-lah tanah air kita. Indonesia yang bulat – bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera – itulah tanah air kita!

 Maka jikalah saya ingat perhubungan antara orang dan tempat – antara rakyat dan buminya – maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oleh Ernest Renan dan Otto Bauer itu. 

Maaf, Saudara-saudara, saya mengambil contoh Minangkabau. Di antara bangsa di Indonesia, yang paling ada “le desir d’etre ensemble”, adalah rakyat Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2 milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuan, melainkan hanya satu bagian kecil dari satu kesatuan! Penduduk Yogya pun adalah merasa “le deir d’etre ensemble”, tetapi Yogya pun hanya satu bahagian kecil dari satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat Pasundan sangat merasakan “le desir d’etre ensemble”, tetapi Sunda pun hanya satu bagian kecil dari satu kesatuan.

 Pendek kata, bangsa Indonesia – Natie Indonesia – bukanlah sekadar satu golongan orang yang hidup di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik  telah ditentukan oleh Allah s.w.t., tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!, karena antara manusa 70.000.000 ini sudah ada “le desir d’etre ensemble”, sudah terjadi “Charaktergemeinschaft”! Natie Indonesia, bangsa Indonesia, umat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000 yang telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!

(Tepuk tangan hebat)

Ke sinilah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale Staat, di atas kesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian. Saya yakin tidak ada satu golongan di antara Tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam maupun golongan yang dinamakan “golongan kebangsaan”. Ke sinilah kita harus menuju semuanya.

Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka d zaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami nationale staat, yaitu di zaman Sriwijaya dan di zaman Majapahit. Saya berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung Hanyokrokoesoemo, bahwa Mataram – meskipun merdeka – bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di Pajajaran, saya berkata, bahwa kerajaannya di Banten – meskipun merdeka – bukan satu nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanudin di Sulawesi yang telah membentuk kerajaan Bugis, saya berkata, bahwa tanah Bugis yang merdeka itu bukan nationale staat. Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri di zaman Sriwijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama. Karena itu, jikalau Tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara yang pertama: Kebangsaan Indonesia. Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat.

Maaf, Tuan Liem Koen Hian. Tuan tidak mau akan kebangsaan? Di dalam pidato Tuan, waktu ditanya sekali lagi oleh Paduka Tuan Fuku Kaityoo[33], Tuan menjawab: “Saya tidak mau akan kebangsaan”.

(Liem Koen Hian: “Bukan begitu. Ada sambungannya lagi.”)

Kalau begitu, maaf saya mengucapkan terima kasih, karena Tuan Liem Koen Hian pun menyetujui dasar kebangsaan. Saya tahu, banyak juga orang-orang Tionghoa klasik yang tidak mau akan dasar kebangsaan, karena mereka memeluk paham kosmopolitisme, yang mengatakan tidak ada kebangsaan, tidak ada bangsa. Tetapi Dr. Sun Yat Sen bangkit, memberi pengajaran kepada rakyat Tionghoa, bahwa ada kebangsaan Tionghoa! Di dalam tulisannya, San Min Chu I atau The Three People’s Principles, saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan oleh Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh The Three People’s Principles itu. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen.

(Anggota-anggota Tionghoa bertepuk tangan)

Saudara-saudara. Tetapi …….. tetapi ……….. memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya ! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini! Gandhi berkata: “Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan. My nationalism is humanity“. Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme. Tuan-tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia. Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa.

Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch princiep yang nomor dua, yang saya usulkan kepada Tuan-tuan, yang boleh saya namakan “internasionalisme“. Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain-lainnya.  Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman-sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain. 

Kemudian, apakah dasar yang ke-3? Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua”, “satu buat semua, semua buat satu”. Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan.

Badan perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan Islam. Disinilah kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita rasa perlu bagi perbaikan. Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya, agar-supaya sebagian yang terbesar dari pada kursi-kursi badan perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan Islam. Ibaratnya badan perwakilan Rakyat 100 orang anggotanya, marilah kita bekerja, sekeras-kerasnya supaya 60,70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam. dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula. 

 Malahan saya yakin, jikalau hal yang demikian itu nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam benar-benar hidup di dalam jiwa rakyat, Kita berkata, 90% dari pada kita beragama Islam, tetapi lihatlah didalam sidang ini berapa % yang memberikan suaranya kepada Islam? Maaf seribu maaf, saya tanya hal itu! Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum hidup sehidup-hidupnya di dalam kalangan rakyat. Oleh karena itu, saya minta kepada saudara-saudara sekalian, baik yang bukan Islam, maupun terutama yang Islam, setujuilah prinsip nomor 3 ini, yaitu prinsip permusyawaratan, perwakilan. 

Di dalam perwakilan rakyat saudara-saudara islam dan saudara-saudara kristen bekerjalah sehebat- hebatnya. Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap peraturan-peraturan negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah mati-matian, supaya sebagian besar utusan-utusan yang masuk badan perwakilan Indonesia ialah orang kristen, itu adil, fair play!. Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara hidup, kalau tidak ada perjuangan di dalamnya. Jangan kira di Turki tidak ada perjuangan. Jangan kira dalam negara Nippon tidak ada pergeseran pikiran. Allah subhanahuwa Ta’ala memberi pikiran kepada kita, agar supaya dalam pergaulan kita sehari-hari, kita selalu bergosok, seakan-akan menumbuk membersihkan gabah, supaya keluar dari padanya beras, dan beras akan menjadi nasi Indonesia yang sebaik-baiknya. Terimalah saudara-saudara, prinsip nomor 3, yaitu prinsip permusyawaratan.

Priinsip No. 4 sekarang saya usulkan, Saya di dalam 3 hari ini belum mendengarkan prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Apakah kita mau Indonesia Merdeka, yang kaum kapitalnya merajalela, ataukah yang semua rakyat sejahtera? yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya? Mana yang kita pilih, saudara-saudara? Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan Rakyat sudah ada, kita dengan sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini. Di Amerika ada suatu badan perwakilan rakyat, dan tidakkah di Amerika kaum kapitalis merajalela? Tak lain tak bukan adalah yang dinamakan democratie disana itu hanyalah politieke democratie saja; semata-mata tidak ada sociale rechtvaardigheid, — tak ada keadilan sosial, tidak ada ekonomische democratie sama sekali. 

Saudara-saudara, saya ingat akan kalimat seorang pemimpin Perancis, Jean Jaures, yang menggambarkan politieke democratie. "tiap-tiap orang mempunyai hak sama". Hak politik yang sama, tiap orang boleh memilih, tiap-tiap orang boleh masuk di dalam parlement.  Saudara-saudara, saya usulkan: Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek-economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! 

Apakah yang dimaksud dengan Ratu Adil? Yang dimakksud dengan faham Ratu Adil, ialah sociale rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia-baru yang di dalamnya ada keadilan di bawah pimpinan Ratu Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat mencinta rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja persamaan politik, saudara-saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya. 

Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5? Saya telah mengemukakan 4 prinsip:
 1. Kebangsaan Indonesia. 
 2. Internasionalisme - atau peri-kemanusiaan. 
 3. Mufakat - atau demokrasi. 
 4. Kesejahteraan sosial. 
 Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Prinsip Ketuhanan ! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w., orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada „egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban - Ialah hormat-menghormati satu sama lain. 

(Tepuk tangan sebagian hadirin).


Nabi Muhammad s.a.w. telah memberi bukti yang cukup tentang menghormati agama- agama lain. Nabi Isa pun telah menunjukkan. Marilah kita menyatakan: bahwa prinsip kelima dari pada Negara kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa! 

Disinilah, dalam pangkuan azas yang kelima inilah, saudara- saudara, segenap agama yang ada di Indonesia sekarang ini, akan mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Dan Negara kita akan bertuhan pula!

Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik angka. Kita mempunyai Panca Inderia. Apa lagi yang lima bilangannya? 

(Seorang yang hadir: “Pendawa Lima”).

Pendawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan - lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi namanya ialah PANCASILA. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. 

(Tepuk tangan riuh).

Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan sosio-nasionalisme ato sosio-demokrasi. Tinggal lagi Ketuhanan, yang menghormati satu sama lain.

 Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga: socio-nationalisme, socio-democratie, dan keTuhanan. Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi barangkali tidak semua Tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu? Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong-royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong-royong ! 

 (Tepuk tangan riuh rendah).

“Gotong Royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”, Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo - satu karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong! 

(Tepuk tangan riuh rendah).

Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Eka Sila. Tetapi terserah kepada tuan-tuan, mana yang Tuan-tuan pilih: trisila, ekasila ataukah pancasila? Isinya telah saya katakan kepada saudara-saudara semuanya. Prinsip-prinsip seperti yang saya usulkan kepada saudara-saudara ini, adalah prinsip untuk Indonesia Merdeka yang abadi. Puluhan tahun dadaku telah menggelora dengan prinsip-prinsip itu. Tetapi jangan lupa, kita hidup didalam masa peperangan, saudara- saudara. Di dalam masa peperangan itulah kita mendirikan negara Indonesia, - di dalam gunturnya peperangan! Bahkan saya mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah Subhanahu wata’ala, bahwa kita mendirikan negara Indonesia bukan di dalam sinarnya bulan purnama, tetapi di bawah palu godam peperangan dan di dalam api peperangan. Timbullah Indonesia Merdeka, Indonesia yang gemblengan, Indonesia Merdeka yang digembleng dalam api peperangan, dan Indonesia Merdeka yang demikian itu adalah negara Indonesia yang kuat, bukan negara Indonesia yang lambat laun menjadi bubur. Karena itulah saya mengucap syukur kepada Allah s.w.t. 

 Isinya Indonesia Merdeka yang kekal abadi menurut pendapat saya, haruslah Panca Sila. itulah harus Weltanschauung kita. 

Entah saudara- saudara mufakatinya atau tidak, tetapi saya berjuang sejak tahun 1918 sampai 1945 sekarang ini untuk Weltanschauung itu. Untuk membentuk nasionalistis Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup di dalam peri-kemanusiaan; untuk permufakatan; untuk sociale rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhananan. Pancasila, itulah yang berkobar-kobar di dalam dada saya sejak berpuluh-puluh tahun. Tetapi, saudara-saudara, diterima atau tidak, terserah saudara-saudara. Tetapi saya sendiri mengerti seinsyaf- insyafnya, bahwa tidak satu Weltaschauung dapat menjelma dengan sendirinya, menjadi realiteit dengan sendirinya. Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi kenyataan - menjadi realiteit - jika tidak dengan perjuangan!

Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup diatas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan sempurna, –janganlah lupa akan syarat untuk menyeleng-garakannya, ialah perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan. Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir.Tidak! Bahkan saya berkata: Di dalam Indonesia Merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu padu, berjoang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Panca Sila. Dan terutama di dalam zaman peperangan ini, yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bawa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak mengambil risiko - tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang sedalam-dalamnya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekadkan mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanya, sampai ke akhir jaman! Kemerdekaan hanya- lah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka, merdeka atau mati”!

(Tepuk tangan riuh)

Saudara-sauadara! Demikianlah saya punya jawab atas pertanyaan Paduka Tuan Ketua. Saya minta maaf, bahwa pidato saya ini menjadi panjang lebar, dan sudah meminta tempo yang sedikit lama, dan saya juga minta maaf, karena saya telah mengadakan kritik terhadap catatan Zimukyokutyoo. 

 Terima kasih!

(Tepuk tangan riuh rendah dari segenap hadirin)

  

Blog Terkait

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...