Kepemimpinan berasal dari akar kata ‘pemimpin’, maksudnya adalah orang yang dikenal dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir visinya (Syaiful Sagala, 2007: 114). Umumnya, kepemimpinan didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta persepsi orang lain mengenai keabsahan dan pengaruh. Sehingga terdapat perbedaan antar budaya dalam mendefinisikan konsep kepemimpinan. (Fuad Nashori, 2009: 57)
Lebih lanjut, kepemimpinan mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran, kejujuran (amanah), transparansi, dan dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan kompetensi. Selain itu, kepemimpinan tak hanya berdimensi duniawi, tetapi juga rohani. Artinya, di samping harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada yang dipimpin, ia juga harus mempertanggungjawabkannya secara moral kepada Bapa di Sorga.
Sedangkan mengenai peranannya, kepemimpinan memiliki dua peran utama, yakni pemimpin sebagai pelayan (servant leader) dan pemimpin sebagai pelindung/wali (guardian leader). Peran pemimpin yang pertama adalah sebagai pelayan masyarakat, yang memelihara kesejahteraan masyarakat dan membimbing mereka kepada kebaikan. Peran utama kedua dari seorang pemimpin adalah sebagai pelindung masyarakat yang bertugas untuk melindungi komunitas mereka dari penjajahan dan ancaman. Pemimpin sebagai pelindung juga mendorong kesadran akan Tuhan, ketakwaan serta keadilan, kepercayaan dan integritas.
Definisi kepemimpinan secara luas, adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang di luar kelompok/organisasi. (Veithzal Rivai, 2003: 2-3). Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Martin J. Canon (1982), yang mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan atasan mempengaruhi perilaku bahwan maupun perilaku kelompok dalam organisasi. Pendapat ini bertolak pada
(1) ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin;
(2) memberi penekanan pada kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin;
(3) memberi penekanan pada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dalam situasi tertentu.
(Syaiful Sagala, 2009: 115).
Berbicara mengenai kepemimpinan tentunya tidak dapat dilepaskan dari pemimpin, interaksi pemimpin dan orang yang dipimpin, tujuan yang hendak dicapai, situasi pekerjaaan dan situasi organisasi, sekelompok orang yang ada dalam organisasi, dan lingkungan organisasi. Seperti yang disebutkan oleh Gary Yukl (1994) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memerintah secara persuasive, memberi contoh, dan bimbingan kepada orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian tersebut hal penting mengenai komponen kepemimpinan adalah
(1) proses rangkaian tindakan;
(2) mempengaruhi dan memberi teladan;
(3) memberi perintah dengan cara persuasi dan manusiawi;
(4) pengikut mematuhi perintah;
(5) menggunakan authority dan power, dan
(6) menggerakkan atau mengerahkan semua personel dalam institusi guna menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja di antara personel, membina kerja sama, menggerakkan sumberdaya organisasi dan memberi motivasi kerja.
Oleh karena itu, faktor-faktor atau elemen terjadinya proses kepemimpinan menurutnya adalah
(1) ada seseorang yang mempengaruhi aktivitas yang disebut pemimpin (leader);
(2) ada seseorang atau sekelompok orang yang dipengaruhi untuk melakukan aktivitas yaitu pengikut (follower); dan
(3) aktivitas mempengaruhi berlangsung dalam situasi tertentu.
Dalam kaitan ini, Allan Tucker (1992) mengemukakan hakikat kepemimpinan ialah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Sedangkan (Veithzal Rivai, 2003: 3-4) menambahkan bahwa hakikat kepemimpinan pada hakikatnya adalah:
a. Proses mempengaruhi / memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
c. Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Melibatkan tiga hal yaitu, pemimpin, pengikut dan situasi tertentu.
Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok / organisasi. Para psikolog secara umum menggunakan istilah ini untuk menjelaskan sebuah proses dimana seorang anggota kelompok (sang pemimpin) mempengaruhi anggota kelompok yang lain dalam upaya pencapaian tujuan bersama kelompok. (Fuad Nashori, 2009: 58)
Daftar Pustaka
Nashori, Fuad dkk. 2009. Psikologi Kepemimpinan. Pustaka Fahima: Yogyakarta.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. RajaGrafindo Persada: Jakarta
Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
_______. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfabeta: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
menurut saya: