MAKNA KENAIKAN YESUS KE SORGA
Tanpa salib tidak ada penebusan. Tanpa kebangkitan tidak ada Kenaikan. Jikalau tidak ada Kenaikan, tidak akan ada kemuliaan Kristus. Kita gagal memperoleh janji kemuliaan dari Allah. Tanpa Kenaikan, tidak ada Pentakosta dan tidak ada Kedatangan Kristus kedua kali. Sebab Yesus sendiri mengajarkan murid-muridNya bahwa Kenaikan merupakan syarat penting terjadinya Pentakosta “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yoh. 16:7)
Jikalau kita percaya akan apa yang Yesus katakan pada para murid-Nya, kita harus menyimpulkan bahwa kita hidup dalam masa yang jauh lebih menguntungkan daripada masa selama pelayanan Yesus di bumi. Kita hidup dalam masa setelah Kenaikan dan setelah Pentakosta. Para murid hidup pada masa ketika Yesus merendahkan diri-Nya; kita hidup pada masa pemuliaan-Nya. Ini merupakan keuntungan yang sangat besar.
CATATAN MENGENAI KENAIKAN-NYA
Catatan mengenai Kenaikan Yesus sangat jelas dalam Mrk. 16:19; Luk 24:50-51 dan Kis 1:4-12. Pada saat Kenaikan-Nya, Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk tetap tinggal di Yerusalem, menunggu kedatangan Roh Kudus. Ia katakan pada mereka bahwa mereka akan memperoleh kuasa untuk melakukan tugas pemuridan selama Yesus tidak bersama dengan mereka. Tugas mereka, dan juga tugas gereja Kristen, adalah menyaksikan tentang DIA.
Kita melihat bahwa tujuan Kenaikan Kristus adalah untuk berkuasa di sorga. Melalui Kenaikan-Nya, Ia mengambil peran Raja dari alam semesta. Kekuasaan-Nya pada masa ini tidak terlihat oleh penduduk dunia. Ini merupakan tugas para murid, dan sekarang kita, untuk menyaksikan kekuasaan yang tidak terlihat tersebut. Yohanes Calvin menegaskan bahwa ini merupakan tugas dari gereja yang kelihatan untuk memperlihatkan pada dunia akan pemerintahan Kristus yang tidak kelihatan. Ini merupakan tujuan dari pemberian Roh Kudus yang Yesus janjikan pada murid-murid-Nya.
"Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga. Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita”. (Luk. 24:51-52)
Pada ayat-ayat ini, Lukas menunjukkan bahwa para murid penuh dengan sukacita ketika mereka kembali ke Yerusalem. Perubahan perasaan ini tercatat dengan jelas. Sukacita para murid menjadi sangat jelas setelah pada akhirnya mereka percaya akan pengajaran Yesus mengenai kepergian-Nya.
WARISAN DARI YESUS
Ada satu hal yang perlu ditambahkan di dalam sukacita para murid. Setelah Yesus meninggalkan mereka, mereka menerima warisan yang dijanjikan kepada mereka. Yesus tidak meninggalkan harta duniawi. Warisan-Nya berbeda jenisnya. Ia memberikan kepada para murid-Nya Damai yang dimilikiNya, suatu hal yang tidak dapat diukur nilainya:
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. " (Yoh. 14:27)
Damai yang ditinggalkan Yesus kepada para murid-Nya bukanlah damai yang biasa. Ini merupakan damai yang transenden, suatu damai yang melampaui pemahaman manusia. Ini merupakan damai yang mampu mengatasi kekecewaan manusia. Ini merupakan damai yang setiap orang Yahudi impikan. Ini merupakan berkat tertinggi dari shalom.
"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus" (Rom. 5:1). Pada tempat yang lain Paulus menyatakan: "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan" (Ef. 2:14). Dalam meninggalkan warisan bagi gereja-Nya, Yesus memberikan diri-Nya sendiri didalam kehadiran-Nya melalui ikatan spiritual.
KEKUASAAN YESUS
Kenaikan-Nya bukan sekedar pergi 'ke surga.' Yesus naik dengan Cara yang berbeda dengan Henokh dan Elia. "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia." (Yoh. 3:13). 'naik ke atas.' memiliki naik ke tempat yang khusus untuk menyiapkan tugas yang khusus. Yesus naik ke tempat di mana Ia akan memerintah sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Ia duduk di sebelah kanan Bapa di dalam tempat beradanya otoritas alam semesta. Kenaikan merupakan pusat daripada kerygma, pusat dari proklamasi kotbah para rasul.
Pada saat Kenaikan, Yesus bukan saja menerima jabatan Raja tetapi juga Imam Besar kekal menurut peraturan Melkisedek. Kita telah melihat catatan mengenai doa syafaat Kristus selama ada di ruang atas. Hal ini penting untuk menyadari bahwa pekerjaan syafaat harus terus dilanjutkan hingga hari ini (Ibr. 4:14-16).
YESUS SEBAGAI PEMBELA
Di dalam jabatan sorgawi sebagai Raja - Imam, Yesus melayani sebagai pembela kita. Meskipun ketika Alkitab bicara mengenai Yesus di dalam kemuliaan kenaikan-Nya sebagai duduk di sebelah kanan Allah, namun ada saatnya ketika Ia bangkit berdiri dan berbicara dalam membela orang- orang kudusNya. Hal ini teriihat pada saat akhir kehidupan Stefanus (Kis 7:55-56).
Stefanus melihat Yesus 'berdiri' di sebelah kanan Allah. Di dalam ruang persidangan hanya dua orang yang berdiri, penuntut umum dan pembela. Hakim tetap duduk di tempatnya. Dalam peran-Nya sebagai Anak Manusia dan Tuhan yang naik ke sorga, Yesus duduk di tempat untuk memerintah dan menghakimi. Namun pada peristiwa ini, hakim illahi bangkit dari tempat duduknya dan mengambil peran pembela. Peran yang Yesus pergunakan ini bukan saja ditujukan bagi Stefanus, tapi semua umatNya. Pada saat penghakiman terakhir, kita dapat yakin bahwa hakim kita juga akan melayani sebagai pembela kita. Ia adalah Pembela kita, bersama-sama dengan Bapa.
KENAIKAN DAN PENTAKOSTA
Yesus menggambarkan pentingnya hubungan antara Kenaikan-Nya dan pengutusan Roh Kudus kepada gereja. Penyataan kemuliaan Allah pada saat Pentakosta sangat jelas terlihat. Manifestasi pertama yang muncul adalah dalam bentuk suara tiupan angin. Angin ini tidak seperti angin yang biasanya nampak pada mereka yang mendengarnya. Yesus bicara mengenai kebebasan bertiupnya angin. Roh tidak dikontrol oleh manusia maupun kuasa alam lainnya. Roh Kudus bekerja sesuai dengan kebebasan kedaulatan Allah. Kita dapat mendengar angin bertiup, tetapi kita tidak dapat mengontrol sumbernya ataupun tujuannya. Dengan demikian angin yang bertiup dengan cara yang luar biasa pada saat Pentakosta memanifestasikan kuasa dan kemuliaan dari kehadiran Roh Kudus.
Manifestasi kedua dari kedatangan Roh Kudus adalah suatu fenomena lidah api yg hinggap pada setiap kepala para murid. Lidah api melambangkan berdiamnya kemuliaan Allah pada tempat tersebut. Sama seperti burung merpati yang turun dari sorga dan hinggap pada Yesus di saat pembaptisan
Manifestasi ketiga turunnya Roh Kudus adalah bahasa lidah. Pertanyaannya adalah: Apakah para murid diberikan kemampuan untuk berbicara dalam bahasa asing atau ada kuasa supranatural yang menerjemahkan saat itu? "Apakah artinya ini" (Kis 2:5-12). Petrus kemudian berdiri dan mengkotbahkan sebuah kotbah yang memberikan suatu intepretasi historis terhadap peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa fenomena Pentakosta merupakan akibat dari kemuliaan Kristus dalam Kenaikan-Nya (Kis 2:32-33)Bunyi dan penglihatan yang terjadi pada saat Pentakosta merupakan manifestasi yang nampak oleh mata dan merupakan kemuliaan yang dilimpahkan oleh Roh Kudus seperti yang telah dijanjikan kepada gereja-Nya.(GK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
menurut saya: