Komitmen berasal dari kata Latin “Committer” yang berarti menggabungkan, menyatukan, mempercayai dan mengerjakannya. Komitmen jg berarti pernyataan “inilah saya, inilah yang saya percayai dan inilah yang saya kerjakan“ (Snyder; 1994: 97). Sementara itu, di Amerika pada tahun 2000, komitmen sering diidentikan dengan ikrar atau ikatan atas suatu tindakan tertentu (Long; 2000:219).
Permasalahan komitmen menjadi isu kritis bersamaan dengan mulai derasnya informasi global. Entitas organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal dan internal yang selalu berubah. Pengurus baru, program baru, rencana dan peluang baru, yang kesemuanya terus bermunculan di depan mata. Di bawah perubahan situasi sedemikian, sangatlah mudah bagi para pengurus/kader untuk “melupakan” komitmen mereka pada pelayanannya (Ulrich; 1996:83). Terlebih, komitmen organisasi merupakan suatu hal yang bersifat sukarela dan pribadi, sehingga tidak dapat dipaksa, dan dengan demikian maka seseorang dapat dengan bebas menarik kembali komitmennya (Pimlott dalam Thornhill 1996:14).
B. MACAM KOMITMEN ORGANISASI
Komitmen dibedakan menjadi dalam tiga tingkatan, sebagai berikut (Thomson dan Mabey, 1994) :
1. Komitmen pada tugas (Job Commitment),
ð berhubungan dengan aktivitas program/kegiatan.
ð dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti kesesuaian orang dengan tugasnya, keterampilan, identitas pekerjaan, tingkat kepentingan pekerjaan, otonomi, dan umpan balik dari pekerjaan.
ð Penelitian Hackman dan Oldham (1980) menyimpulkan bahwa motivasi kerja terbentuk oleh tiga kondisi, yaitu apabila kader merasakan pekerjaannya berarti, kader merasa bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya, dan kader memahami hasil pekerjaannya.
2. Komitmen pada karir (Career Commitment),
ð komitmen pada karir lebih luas dan kuat dibandingkan dengan komitmen pada tugas
ð lebih berhubungan dengan bidang karir daripada sekumpulan aktivitas
ð Ada kemungkinan kader yang memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap karir akan meninggalkan organisasi untuk meraih peluang yang lebih tinggi lagi.
3. Komitmen pada organisasi (Organizational Commitment),
ð merupakan jenjang komitmen yang paling tinggi tingkatannya.
ð komitmen organisasi sebagai derajat keterikatan relatif dari individu terhadap organisasinya.
ð komitmen merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus yang bermuara kepada kepedulian dan kelangsungan sukses organisasi untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
ð komitmen organisasi terdiri dari tiga sikap, yaitu : (1) perasaan identifikasi dengan misi organisasi, (2) rasa keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi, (3) rasa kesetiaan dan cinta pada organisasi sebagai tempat hidup dan bekerja (Buchanan, 1974).
Perwujudan dari sikap tersebut melahirkan perilaku berikut : (1) keinginan yang kuat untuk menjadi anggota atau bagian dari organisasi, (2) kesungguhan berupaya sekuat-kuatnya untuk kepentingan organisasi, (3) keyakinan dan penerimaan akan nilai-nilai dan sasaran organisasi.
Ada dua unsur pokok yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi, yaitu kepercayaan dan komitmen (Hurst; 1995:149) . Hanya kredibilitas yang tinggi yang mampu menghasilkan suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen yang tinggi . suatu organisasi mampu kader-kader yang militan (Kouzer: 1993;32).
Dalam era globalisasi organisasi dituntut untuk mampu melakukan berbagai perubahan dengan cepat. Dan satu-satunya sumber daya bagi organisasi adalah komitmen kader yang tinggi pada organisasi. Jika komitmen kader/pengurus yang tinggi pada organisasinya positif maka akan berpengaruh nyata terhadap peningkatan penerimaan kader baru serta memperbaiki persepsi terhadap pencapaian tujuan organisasi (Iverson; 1996:36). Maka keunggulan bersaing tinggal bergantung pada sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi dan nilai sumber daya ini lebih terletak pada kemampuan inovasi dan kreasi untuk menciptakan setinggi mungkin nilai (value). Di dunia kerja, agar seluruh sumber daya manusia di dalam perusahaan memiliki komitmen yang tinggi pada pekerjaannya, maka seluruh pihak di dalam organisasi harus selalu termotivasi dan untuk mampu memotivasi ini, diperlukan komitmen dari pimpinan puncak perusahaan (Hill; 1996:13).
Komitmen organisasional mencerminkan bagaimana seorang kepribadian mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terkait dengan tujuan-tujuannya (Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo, 2001). Dengan kata lain komitmen organisasi merupakan sikap mengenai loyalitas kader terhadap organisasi yang berkelanjutan dari anggota organisasi untuk mengukapkan perhatiannya pada organisasi menuju kesuksesan dan kesejahteraan (Luthans, 1995). Komitmen organisasi berhubungan dengan kinerja.
Komitmen dapat dipengaruhi dan dibentuk oleh budaya yang ada di dalam organisasi (Turter; 1997:111). Komitmen yang tinggi hanya dapat dicapai melalui suatu pendekatan yang komprehensif yang melibatkan berbagai pendekatan dan sistem manajemen “multifaceted” yang terintegrasi serta didukung oleh kebijakan-kebijakan serta program aksi yang kongkrit (Dessler; 1999:65). Yang jelas, terdapat hubungan kausalitas yang kuat antara komitmen dalam kegiatan pelayanan mayarakat dengan variabel kapasitas, pengetahuan dan kompetensi kader (Worsfold; 1999:345). Komitmen terhadap organisasi telah diberi batasan sebagai sikap yang dimiliki anggota untuk menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesediaan untuk berkinerja sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, serta keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Sifat hubungan seorang kader dengan organisasi yang memungkinkan seorang yang mempunyai komitmen tinggi memperlihatkan : (1) keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan, (2) kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut, dan (3) kepercayaan akan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
C. KETERKAITAN KOMITMEN DENGAN KINERJA
Karena komitmen adalah suatu sikap, maka di samping kompetensi, komitmen sebagai pembentuk modal intelektual juga merupakan faktor penting dalam memacu efektivitas organisasi (Kreitner & Kinicki, 2001). Komitmen memberikan tiga hasil yang berpautan dengan efektivitas.
1. Kader yang benar-benar menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi mempunyai kemungkinan jauh lebih besar untuk menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dalam organisasi;
2. Kader yang bekerja keras untuk organisasi dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan;
3. Komitmen sepenuhnya melibatkan diri pada tugas kader, karena tugas tersebut adalah mekanisme kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangannya bagi pencapaian tujuan organisasi.
Komitmen individu terhadap organisasi memiliki hubungan yang positif dengan tingkat performansi kerja atau tingkat kepuasan kerja. Berdasarkan hasil studi meta analisis, telah dikemukakan sebuah model tentang komitmen dalam kaitannya dengan efektivitas organisasi seperti berikut (Steers, 1985:144) :
|
|
|
|
|
KARAKTERISTIK INDIVIDU KADER
|
———->
|
KOMITMEN TERHADAP
ORGANISASI
|
———->
|
EFEKTIVITAS
ORGANISASI
|
|
|
|
|
|
KARAKTERISTIK PROGRAM/TUGAS
|
———->
|
KOMITMEN TERHADAP
ORGANISASI
|
———->
|
EFEKTIVITAS
ORGANISASI
|
|
|
|
|
|
PENGALAMAN KERJA
|
———->
|
KOMITMEN TERHADAP
ORGANISASI
|
———->
|
EFEKTIVITAS
ORGANISASI
|
Daftar Bacaan
Billing, R. S., & Becker, T. E., (1993), Profile of Commitment : An Empirical Test, Journal of Organization Behavior, Vol. 14 : 177-190.
Boyle, Brett A, (1997), A Multi-Dimensional Perspective on Salesperson Commitment, Journal of Business and Industrial Marketing, Vol. 12 No. 6 hal. 354-367.
Caruana, Albert, (1998), The effect of Internal Marketing on Organizational Commitment among Retail Bank Managers, International Journal of Bank Marketing, 16/3, hal. 108-116.
De Cottis & T. P. Summers, (1987), “A Path Analysis of the Antecedents and Consequences of Organizational Commitment”, Human Relation, Vol. 40, 1987, pp. 445-70.
Dessler, Gary, (1999), How to Earn Your Employees’ Commitment, Academy of Management Executive, Vol. 13 No.2, hal. 65-68.
Goodman, P. S. & J. M. Penings, (1997), New Perspective on Organizational Effectiveness, San Francisco : Jossey Bass.
Iverson, Roderick D, (1996), The Role of Employee Commitment and Trust in Service relationship, Marketing Intelligence and Planning, 14/3, hal. 36-44.
Jon Rizal, (1997), Pengaruh Budaya Perusahaan (Corporate Culture) Terhadap Komitmen Karyawan (Studi Kasus pada PT. PLN Persero Cabang Malang), Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang.
McNeese-Smith, Donna, (1995), Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and Organizational Commitment, This Article, Submitted No. 22, July 3. pp 160-175.
Pierce J.L. & R. B. Dunham, (1987), “ Organizational Commitment : Pre-Employment Propensity and Initial Work Experiences”, Journal of Management, Spring, 1987, pp. 163-78.
Porter, L. W., R. M. Steers, R. T. Mowday & V Boulian, (1984), “ Organizational Commitment, Job satisfaction, and Turnover among Psychiatric Technicians”. Journal of Applied Psychology, October 1984, pp. 603-09.
Putteril, martin S., (1995), A Causal Model of Employee Commitment in a Manufacturing Setting, International Journal of Manpower, Vol. 16, No. 5/6, hal. 56-69.
Schermerhorn, John R., Hunt, James G., and Osborn, Richard N., 1983, Managing Organizational Behavior. New York: John Willey & Son
Shore, L. M., G. C., Thorton & L. A. Newton, (1989), Job Satisfaction and Organizational Commitment Proceedings, pp. 229-333.
Suliman, Abubakr M., (2000), The Multi-Dimensional Nature of Organizational Commitment in a Non-Western Context, Journal of Management Development, Vol. 19, No. 1, hal. 71-82.
Thornhill, Adrian, (1996), The Role of Employee Communication in Achieving Commitment and Quality in Higher Education, Quality Assurance in Education, Vol. 4, No. 1, hal. 12-20.
Ulrich, Dave, 1998, Intellectual Capital = Competence X Commitment, Sloan Management Review, Winter.
Vandenberg, R. J., & Lance, C. E., (1992), Examining The Causal Order of Job Satisfaction and Organizational Commitment, Journal of Management, 18 : 153-167.
Virtanen, Turo, (2000), Changing Competences of Public Managers : Tensions in Commitment, The International Journal of Public Sector Management, Vol. 13, No. 4, hal. 333-341.
Wahibur, Rokhman, Jr., (2002), Pemberdayaan dan Komitmen : Upaya Mencapai Sukses Organisasi Dalam Menghadapi Persaingan Global. In Usmara, A. (Editor). 2002, Paradigma Baru Manajemen SDM. Yogyakarta : Amara Books.
Worsfold, Philip, (1999), HRM, Performance, Commitment and Service Quality in Hotel Industry, International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 11, No. 7, hal. 340-348